FridayTalkshow
Radio Rumoh PMI 107 FM
Jumat, 28 Desember 2012
Obrolan Friday Talkshow kali ini tentang Gayo Merdeka, sebuah gerakan yang meminta beberapa wilayah mencakup ALA (Aceh Leuser Antara) berpisah dari Provinsi Aceh. Gerakan ini dideklarasi pada 2
November 2012 bertepatan dengan pengesahan Qanun Wali Nanggroe. Gerakan
ini di dominasi mahasiswa Gayo di Banda Aceh.
Waladan Yoga salah satu aktifis Gayo Merdeka mengatakan, hal ini terjadi
karena mereka menilai selama ini Gayo berkontribusi besar terhadap Aceh mulai
dari penghasil kopi terbesar dan pemilik Tari Saman (yang di akui UNESCO
sebagai budaya non benda yang di miliki Aceh) namun masyarakat Gayo tidak
merasakan dampak positif dari hal tersebut, bahkan baru-baru ini kebijakan yang
di putuskan oleh pemerintah dianggap menyisihkan masyarakat Gayo.
Berikut obrolan aktifis Gayo Merdeka-Waladan
Yoga dengan Teuku Ardiansyah.
Gayo Merdeka adalah sebuah gerakan yang sebenarnya sudah ada dari dulu, tapi tidak
terakumulasi dengan baik, baru-baru ini kita mulai sadar bahwa jika masyarakat Gayo tercerai berai maka kita akan selalu lemah, maka sekarang kita
hadir sebagai identitas.
Namun yang menarik ketika pusat mendengar merdeka ini
di anggap sebagai sebuah ancaman. Pemerintah Aceh harus melihat ini sebagai
ancaman jika tidak dapat berlaku adil.
Merdeka dalam pengertian lama itu, seberapa lama?
Dulu
pernah muncul beberapa gerakan yang tidak puas terhadap pemerintah Aceh, akumulasi Pemerintah Aceh tidak puas terhadap Pemerintah Pusat, hari ini ketika
perdamaian yang katanya terwujud di Aceh namun tidak juga tidak mampu
memberikan rasa damai terhadap seluruh lapisan masyarakat di Aceh.
Dulu gerakan ini ter-kelompok-kelompok di Banda Aceh dan hari ini kita
sudah bergabung dan di satukan menjadi Gayo Merdeka, gerakan yang memunculkan
sebuah harapan baru untuk keadilan politik, pembangunan dan kebijakan di Aceh.
Dan ini sudah cukup lama dan hari ini baru tersadarkan oleh generasi muda Gayo
di Banda Aceh, selama kita
terpecah selama itu pula kita tidak dapat menembus dinding yang di bangun
Pemerintah Aceh saat ini, dan ini menjadi sebuah nilai tawar bagi Pemerintah
Aceh untuk bisa berlaku adil untuk
seluruh lapisan masyarakat Aceh.
Sebagai sebuah gerakan pasti harus ada
amunisi, logistik dan penggerak. Siapa saja yang menjadi pelopor dari gerakan ini?
Saya
harus akui, saya angkat salut dengan saudara Ihsan Fauzi, beliau berjasa besar
dalam mencetuskan Gerakan Gayo Merdeka (sebagai pencetus kami
menghormati beliau) dan harus ada pelopor yang berani turun kejalan, yang berani
pasang badan, yang berani meladeni ancaman-ancaman, yang sampai saat ini masih
kami terima, dan beliau sebagai pelopor dan kami sebagai penggerak.
Kami mengistilahkan beliau Hasan Tiro-nya di Gayo, beliau mengkonsepkan ini cukup
sangat baik, ketika kita benturkan ini apakah dalam bentuk makar? Tidak boleh dibuka prasangka, kita masih dalam naungan NKRI. Ketika Gayo Merdeka mengadakan even-even (secara
keseluruhan) kita lalui dulu dengan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan lagu Tawar Sedenge, yang bila mana nanti Gayo merdeka, lagu Tawar Sedenge menjadi lagu
kebangsaaan, kira-kira seperti itu.
Jadi sebagai sebuah gerakan memang ini
cita-citanya merdeka secara teritorial?
Iya, merdeka
secara teritorial Aceh saat ini.
Jadi merdeka dari Aceh saat ini?
Iya,
merdeka dari Aceh saat ini
Merdeka dari Indonesia juga?
Bukan,
kita tetap berpatokan bahwa jika Pemerintah Aceh sampai saat ini tidak dapat
berbuat adil dan kita sudah lihat itu, beberapa kebijakan itu selalu timpang
tidak mau mendengar curahan masyarakat tengah, ini menjadi persoalan yang
sangat rumit dan krusial. Kenapa sampai saat ini Pemerintah Aceh justru
sedemikian hebatnya meninggalkan wilayah tengah, kenapa pemerintah Aceh harus
benci Gayo? Apakah Gayo menjadi sebuah penyakit yang bila di tinggalkan
sayang dan bila di terima juga seperti virus.
Kalau kita bicara kebencian pasti ada
wujud, jadi wujud seperti apa yang membuktian bahwa Aceh benci kepada Gayo?
Contoh,
kita punya kopi yang sangat mendunia saat ini, jika kita pergi ke Jakarta yang
kita kenal itu Kopi Aceh, bukan Kopi Gayo, sama seperti Saman yang sudah
mendunia yang di tetapkan UNESCO sebagai budaya dunia juga di kenal Saman Aceh.
Di mana Saman Aceh? yang ada Saman Gayo, banyak hal-hal yang di caplok Pemerintah
Aceh. Justru kami mendorong Pemerintah Aceh agar tidak mencabut kata-kata Gayo karena
ini soal identitas dan marwah, siapa pun akan marah ketika identitas itu di
cabut, ini soal harga diri yang saat ini tidak di hargai Pemerintah Aceh.
Kalau di kaitkan beberapa waktu yang
lalu, ada Aceh Leuser Antara, apa kah gerakan ini baru atau anaknya atau
kelanjutannya ?
Kami
tidak berafilasi dengan lembaga-lembaga seperti itu dan kami mandiri di Aceh. Memang
kemudian isu yang kami tendang di Banda Aceh itu di sambut, kami tidak
mengkonsolidasikan ke bawah, kami cuma mencoba mencari isu yang strategis
kemudian kami tendang dan di sambut di seluruh Indonesia.
Berapa banyak orang Gayo yang ada di
dunia saat ini?
Saya
tidak dapat memastikan, secara kalkulasi (mungkin) kalau kita
hitung-hitung kemarin sekitar 1 juta
orang ada, dan itu prediksi pribadi, kita perlu sensus untuk kepastian.
Kalau gerakan ini bukan kaitan masa lalu atau tidak berkaitan dengan Aceh Leuser Antara, kapan anda akan mendeklarasikan Gayo Merdeka ?
Belum
terpikirkan, namun itu cukup bagus jika ada Deklarasi Akbar Gayo Merdeka, dan
sampai saat ini kita harus duduk kembali dengan teman-teman presidium, karena
ini adalah gerakan bersama bukan gerakan sendiri-sendiri dan yang perlu saya tegaskan sampai saat ini amunisi kita tidak pernah di support oleh siapa pun, kita kumpul uang pribadi.
Jadi tidak ada cukong dari bantuan asing
?
Tidak,
tidak ada.
Apakah 2 orang wakil Gayo di DPRA
menjadi bagian dari Gayo Merdeka ?
Tidak, kita netral. Gerakan Gayo Merdeka ini
kita lakukan bukan atas kepentingan sekelompok orang, tapi benar-benar untuk
memperjuangkan hak-hak orang Gayo.
Apabila Pemerintah berbaik hati dengan Gayo, apakah gerakan ini akan berhenti ?
Tidak, kita tetap akan terus meneriakan Gayo
Merdeka di Provinsi Aceh, kita lihat saja pada masa terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka, gerakan itu juga muncul karena ada rasa sakit hati, begitu juga kita. Gerakan Gayo Merdeka merasa demikian dengan sikap pemerintahaan saat ini yang
mendiskriminasi masyarakat Gayo.
Wawancara via telpon dengan Adli Abdullah (Budayawan)
Pendapat anda tentang Gayo Merdeka?
Saya
berpendapat, gerakan ini muncul dikarenakan rasa ketidakpuasan dengan
pemerintahaan yang sedang berjalan saat ini, tidak adanya inisiatif dari
pemerintah untuk mendiskusikan mengapa gerakan ini bisa muncul. Karena
bagaimanapun inti Aceh sebenarnya itu berawal dari Gayo dan sejarah Aceh ini
bermula dari Gayo. Bukti tidak adanya inisiatif dari pemerintah untuk
mendiskusikan kenapa gerakan ini bisa terjadi, pada saat pelantikan Bupati Aceh
Tengah. Pemerintah Aceh melakukannya di Banda Aceh bukan di Aceh Tengah.
Politik
di Aceh itu keras, sehingga saya meyakini gubernur mendapat tekanan-tekanan
dari lapangan sehingga pelantikan Bupati Aceh Tengah itu di Banda Aceh, dan
yang saya tidak habis pikir pelantikan di Banda Aceh saja Gubernur menyiapkan
1.000 personil gabungan dari TNI/POLRI dan satpol PP, ini ada apa sebenarnya?
Wawancara Via Telpon dengan Abdullah Saleh (Anggota DRPA, Fraksi Partai Aceh)
Apa benar Partai Aceh menjadi
penghambat ekspresi gerakan Gayo Merdeka ini ?
Sebenarnya
saya juga belum mengetahui arah
yang di ajukan gerakan ini, merdeka dalam artian apa sebenarnya, apakah merdeka
dari Aceh? Apakah mau merdeka dari Indonesia? atau merdeka dalam artian ingin
kebebasan dan banyak arti merdeka lainnya.
Apakah belum pernah ada pertemuan untuk
membahas persoalan ini?
Belum, belum
pernah ada pertemuan dengan penggagas atau pencetus Gayo Merdeka untuk
membicarakan masalah ini
Untuk Partai Aceh sendiri memaknai kata
merdeka itu seperti apa?
Teman-teman
GAM tempo dulu mengartikan arti merdeka, merdekanya Aceh ini untuk melepaskan
diri dari Republik Indonesia, namum dalam proses penyelesaian ini terjadi
negosiasi sehingga Aceh tidak menuntut merdeka namun di beri
kebijakan-kebijakan penuh dalam mengurus pemerintahan daerahnya.
Apakah Partai Aceh berpendapat, bahwasanya
merdeka yang di tuntut oleh teman-teman Gayo Merdeka ini tidak mengkhawatirkan?
Tidak, kalau Partai Aceh melihat hal seperti
ini wajar dan lumrah, bahkan saya sendiri di status facebook pernah menawarkan Beutong
Ateuh Merdeka lah, jadi kalau ingin merdeka itu hak dasar semua warga negara.
Apakah betul yang dikatakan Waladan tadi, ketika mereka meneriakan Gayo Merdeka, mereka mendapat intimidasi, pembatasan-pembatasan,
ancaman dan ada desain yang menghambat ekspresi mereka?
Kalau itu
saya kurang tau, kalau saya itu biasalah dalam berekspresi.
Apakah akan ada langkah pembahasan
tentang hal ini?
Nantinya
kita bisa mendiskusikan hal ini bersama tidak hanya pada Gayo saja, tapi
tentang Aceh secara keseluruhan sehingga bisa bersinergi.
Sebagai mana kita tau gerakan ini
muncul bersamaan dengan pengesahaan Wali Nanggroe, bagaimana menurut anda ?
Saya rasa
ini sikap yang cerdas yang di ambil momen oleh teman-teman Gayo Merdeka, bahkan
saya respon dengan cara seperti itu, kata merdeka itu sudah lama terbungkam dan
sekarang muncul lagi.
Apakah ini menjadi masalah munculnya
kata merdeka dari Gayo bersamaan dengan qanun Wali Nanggroe ?
Tidak
juga, kalau saya ini biasa-biasa saja,ini merupakan sebuah koreksi dari Qanun Wali
Nanggroe.
Aktifis Gayo Merdeka-Waladan Yoga:
Luar biasa ketika kita mendengar Abdullah Saleh mengatakan istilahnya begini kalau 'loe mau berbuat apa terserah-- ini tidak akan ngaruh', bagaimana menurut anda?
Begini,
Pak Abdullah Saleh sampai saat ini belum minta maaf kepada masyarakat Gayo,
ketika kami berdemo tidak menggunakan Bahasa Aceh, kami menggunakan Bahasa
Indonesia, dan beliau mengatakan kami adalah suku yang tidak jelas, dan kami
tidak tahu apakah beliau merasa berdosa atau tidak, itu satu.
Kemudian soal Qanun Wali Nanggroe yang kami aksikan dengan teman-teman itu adalah qanun jebakan,
yang kami tuntut adalah itu tidak
sesuai dan tidak komprehensif, di rubah jadi tidak sungguh-sungguh. Cuma di
rubah tapi itu jebakan, bahwa kemudian itu ada perubahan betul, kita akui itu
ada perubahan namun di persyaratan tidak di rubah sama saja bohong ini kan sama
saja seperti bermanis muka di depan teman-teman media oleh teman-teman Partai Aceh.
Namun di dalam aplikasinya nanti akan terbukti apa yang di curigai
teman-teman Gayo Merdeka, ini sama seperti kepala di lepas namun ekor tetap di
pegang, Partai Aceh tidak ikhlas akan ada strategi politik di Aceh di bagi.
Apa yang di lakukan untuk membangung
hubungan, entah mungkin itu berbicara dengan mereka?
Kita
sudah pernah coba, namun mereka sangat tertutup dan sangat alergi dengan Gayo
Walaupun ada 2 orang anggota DPR mereka (yang berasal dari Gayo)?
Ya jelas,
yang dua orang itu dari 33 orang itu kan ngak ada apa-apanya, 33 orang dari Partai Aceh dan 36 kursi dua orang itu kan di anggap angin lalu aja lah.
Atau karena mereka tidak berkualitas?
Tidak,
kita tidak mengatakan seperti itu, mereka terpilih--tentunya
mereka punya kualitas di masyarakat, tapi saya ingin mengatakan seperti ini, Partai Aceh ini di kendalikan dari luar, bukan dari parlemen, jadi parlemen itu
hanya sebagai syarat formal yang kemudian di atur oleh orang
luar. Orang luar yang coba menentukan secara formalnya seperti apa dan
outputnya itu. Teman-teman yang luar ini yang menikmati. Kita melihat itu semua
dan kemudian Pak Abdulah Saleh mengatakan ini hal biasa, itu bohong.
Bohongnya
seperti ini, kenapa ketika kita buat gerakan Gayo Merdeka ini mereka alergi,
belum Gubernurnya, Mualim nya, belum lagi Malik Mahmud nya. Apakah setelah ucapan
dan tantangan yang saya ucapkan ini mereka akan rame-rame ke sana, kita juga
tidak akan tahu, karena setahun kedepan ini akan makin memanas, apa lagi kita
akan masuk ke periode pemilihan umum anggota legislatif.
Bagi kami ini menjadi
sebuah taktik yang bisa membuat kami berbuat lebih agresif. Silahkan Pak
Abdullah Saleh berkata ini tidak ada apa-apa.
Apa yang terjadi sekarang di wilayah
Gayo?
Semakin
mengkristal benci terhadap Aceh, serius ini serius!
Jadi artinya suasana di Gayo sekarang (akibat berlakunya Qanun Wali Nanggroe) semakin merekat?
Semakin kuat, seperti
yang saya sampaikankan di Hermes beberapa waktu lalu, identitas Gayo itu
semakin di pijak, semakin di pinggirkan. Saya istilahkan kami ini seperti Palestinanya
yang kemudian tidak di beri apa pun. Yang seharusnya bangga memiliki kopi
sebagai kebanggaan, tapi tidak ada kebijakan apa pun yang kemudian ini menjadi
benteng bagi rakyat Gayo agar bisa lebih sejahtera, tidak ada.
Ketika
teman-teman menyatakan Gayo Merdeka, ada tidak teksnya atau itu tiba-tiba
muncul begitu saja ?
Tidak, itu
terkonsep dengan baik ketika kita teriakan Gayo Merdeka semua sambut, semacam
darah mengalir sampai ke ubun-ubun ketika kita berdiri di depan DPRA bahwa Gayo itu kita harus bela.
Gayo itu
kita harus bela mati-matian ketika kita melihat ini seperti kebencian yang
mengkristal, saya juga heran ketika kita coba bangkitkan semangat ke Gayo-an, ini
muncul sendiri. Jadi ada dua dimensi ketika pengambil kebijakan tidak berpihak
kepada Gayo, Gayo juga punya dimensi lain yang tidak senang akan keberadaan Pemerintah
Aceh yang hari ini dan kedepanya.