Laman

18 Februari 2013

Gayo Merdeka



FridayTalkshow 
Radio Rumoh PMI 107 FM
Jumat, 28 Desember 2012

Obrolan Friday Talkshow kali ini tentang Gayo Merdeka, sebuah gerakan yang meminta beberapa wilayah mencakup ALA (Aceh Leuser Antara) berpisah dari Provinsi Aceh. Gerakan ini  dideklarasi pada 2 November 2012 bertepatan dengan pengesahan Qanun Wali Nanggroe. Gerakan ini di dominasi mahasiswa Gayo di Banda Aceh.

Waladan Yoga salah satu aktifis Gayo Merdeka mengatakan, hal ini terjadi karena mereka menilai selama ini Gayo berkontribusi besar terhadap Aceh mulai dari penghasil kopi terbesar dan pemilik Tari Saman (yang di akui UNESCO sebagai budaya non benda yang di miliki Aceh) namun masyarakat Gayo tidak merasakan dampak positif dari hal tersebut, bahkan baru-baru ini kebijakan yang di putuskan oleh pemerintah dianggap menyisihkan masyarakat Gayo.

Berikut obrolan aktifis Gayo Merdeka-Waladan Yoga dengan Teuku Ardiansyah.

Sebenarnya apa Gayo Merdeka itu?
Gayo Merdeka adalah sebuah gerakan yang sebenarnya sudah ada dari dulu, tapi tidak terakumulasi dengan baik, baru-baru ini kita mulai sadar bahwa jika masyarakat Gayo tercerai berai maka kita akan selalu lemah, maka sekarang kita hadir sebagai identitas. 

Namun yang menarik ketika pusat mendengar merdeka ini di anggap sebagai sebuah ancaman. Pemerintah Aceh harus melihat ini sebagai ancaman jika tidak dapat berlaku adil.

Merdeka dalam pengertian lama itu, seberapa lama?
Dulu pernah muncul beberapa gerakan yang tidak puas terhadap pemerintah Aceh, akumulasi Pemerintah Aceh tidak puas terhadap Pemerintah Pusat, hari ini ketika perdamaian yang katanya terwujud di Aceh namun tidak juga tidak mampu memberikan rasa damai terhadap seluruh lapisan masyarakat di Aceh. 

Dulu gerakan ini ter-kelompok-kelompok di Banda Aceh dan hari ini kita sudah bergabung dan di satukan menjadi Gayo Merdeka, gerakan yang memunculkan sebuah harapan baru untuk keadilan politik, pembangunan dan kebijakan di Aceh. 

Dan ini sudah cukup lama dan hari ini baru tersadarkan oleh generasi muda Gayo di  Banda Aceh, selama kita terpecah selama itu pula kita tidak dapat menembus dinding yang di bangun Pemerintah Aceh saat ini, dan ini menjadi sebuah nilai tawar bagi Pemerintah Aceh untuk bisa berlaku adil  untuk seluruh lapisan masyarakat Aceh.

Sebagai sebuah gerakan pasti harus ada amunisi, logistik dan penggerak. Siapa saja yang menjadi pelopor dari gerakan ini?
Saya harus akui, saya angkat salut dengan saudara Ihsan Fauzi, beliau berjasa besar dalam mencetuskan Gerakan Gayo Merdeka (sebagai pencetus kami menghormati beliau) dan harus ada pelopor yang berani turun kejalan, yang berani pasang badan, yang berani meladeni ancaman-ancaman, yang sampai saat ini masih kami terima, dan beliau sebagai pelopor dan kami sebagai penggerak. 

Kami mengistilahkan beliau Hasan Tiro-nya di Gayo, beliau mengkonsepkan ini cukup sangat baik, ketika kita benturkan ini apakah dalam bentuk makar? Tidak  boleh dibuka prasangka, kita masih dalam naungan NKRI. Ketika Gayo Merdeka mengadakan even-even (secara keseluruhan) kita lalui dulu dengan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan lagu Tawar Sedenge, yang bila mana nanti Gayo merdeka, lagu Tawar Sedenge menjadi lagu kebangsaaan, kira-kira seperti itu.

Jadi sebagai sebuah gerakan memang ini cita-citanya merdeka secara teritorial?
Iya, merdeka secara teritorial Aceh saat ini.

Jadi merdeka dari Aceh saat ini?
Iya, merdeka dari Aceh saat ini

Merdeka dari Indonesia juga?
Bukan, kita tetap berpatokan bahwa jika Pemerintah Aceh sampai saat ini tidak dapat berbuat adil dan kita sudah lihat itu, beberapa kebijakan itu selalu timpang tidak mau mendengar curahan masyarakat tengah, ini menjadi persoalan yang sangat rumit dan krusial. Kenapa sampai saat ini Pemerintah Aceh justru sedemikian hebatnya meninggalkan wilayah tengah, kenapa pemerintah Aceh harus benci Gayo? Apakah Gayo menjadi sebuah penyakit yang bila di tinggalkan sayang dan bila di terima juga seperti virus.

Kalau kita bicara kebencian pasti ada wujud, jadi wujud seperti apa yang membuktian bahwa Aceh benci kepada Gayo?
Contoh, kita punya kopi yang sangat mendunia saat ini, jika kita pergi ke Jakarta yang kita kenal itu Kopi Aceh, bukan Kopi Gayo, sama seperti Saman yang sudah mendunia yang di tetapkan UNESCO sebagai budaya dunia juga di kenal Saman Aceh. Di mana Saman Aceh? yang ada Saman Gayo, banyak hal-hal yang di caplok Pemerintah Aceh. Justru kami mendorong Pemerintah Aceh agar tidak mencabut kata-kata Gayo karena ini soal identitas dan marwah, siapa pun akan marah ketika identitas itu di cabut, ini soal harga diri yang saat ini tidak di hargai Pemerintah Aceh.

Kalau di kaitkan beberapa waktu yang lalu, ada Aceh Leuser Antara, apa kah gerakan ini baru atau anaknya atau kelanjutannya ?
Kami tidak berafilasi dengan lembaga-lembaga seperti itu dan kami mandiri di Aceh. Memang kemudian isu yang kami tendang di Banda Aceh itu di sambut, kami tidak mengkonsolidasikan ke bawah, kami cuma mencoba mencari isu yang strategis kemudian kami tendang dan di sambut di seluruh Indonesia.

Berapa banyak orang Gayo yang ada di dunia saat ini?
Saya tidak dapat memastikan, secara kalkulasi (mungkin) kalau kita hitung-hitung kemarin sekitar 1 juta orang ada, dan itu prediksi pribadi, kita perlu sensus untuk kepastian. 

Kalau gerakan ini bukan kaitan masa lalu atau tidak berkaitan dengan Aceh Leuser Antara, kapan anda akan mendeklarasikan Gayo Merdeka ?
Belum terpikirkan, namun itu cukup bagus jika ada Deklarasi Akbar Gayo Merdeka, dan sampai saat ini kita harus duduk kembali dengan teman-teman presidium, karena ini adalah gerakan bersama bukan gerakan sendiri-sendiri dan yang perlu saya tegaskan sampai saat ini amunisi kita tidak pernah di support oleh siapa pun, kita kumpul uang pribadi.

Jadi tidak ada cukong dari bantuan asing ?
Tidak, tidak ada.

Apakah 2 orang wakil Gayo di DPRA menjadi bagian dari Gayo Merdeka ?
Tidak, kita netral. Gerakan Gayo Merdeka ini kita lakukan bukan atas kepentingan sekelompok orang, tapi benar-benar untuk memperjuangkan hak-hak orang Gayo.

Apabila Pemerintah berbaik hati dengan Gayo, apakah gerakan ini akan berhenti ?
Tidak,  kita tetap akan terus meneriakan Gayo Merdeka di Provinsi Aceh, kita lihat saja pada masa terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka, gerakan itu juga muncul karena ada rasa sakit hati, begitu juga kita. Gerakan Gayo Merdeka merasa demikian dengan sikap pemerintahaan saat ini yang mendiskriminasi masyarakat Gayo.

Wawancara via telpon dengan Adli Abdullah (Budayawan)
Pendapat anda tentang Gayo Merdeka?
Saya berpendapat, gerakan ini muncul dikarenakan rasa ketidakpuasan dengan pemerintahaan yang sedang berjalan saat ini, tidak adanya inisiatif dari pemerintah untuk mendiskusikan mengapa gerakan ini bisa muncul.  Karena bagaimanapun inti Aceh sebenarnya itu berawal dari Gayo dan sejarah Aceh ini bermula dari Gayo. Bukti tidak adanya inisiatif dari pemerintah untuk mendiskusikan kenapa gerakan ini bisa terjadi, pada saat pelantikan Bupati Aceh Tengah. Pemerintah Aceh melakukannya di Banda Aceh bukan di Aceh Tengah.

Politik di Aceh itu keras, sehingga saya meyakini gubernur mendapat tekanan-tekanan dari lapangan sehingga pelantikan Bupati Aceh Tengah itu di Banda Aceh, dan yang saya tidak habis pikir pelantikan di Banda Aceh saja Gubernur menyiapkan 1.000 personil gabungan dari TNI/POLRI dan satpol PP, ini ada apa sebenarnya?

Wawancara Via Telpon dengan Abdullah Saleh (Anggota DRPA, Fraksi Partai Aceh)
Apa benar Partai Aceh menjadi penghambat ekspresi gerakan Gayo Merdeka ini ?
Sebenarnya saya juga belum mengetahui arah yang di ajukan gerakan ini, merdeka dalam artian apa sebenarnya, apakah merdeka dari Aceh? Apakah mau merdeka dari Indonesia? atau merdeka dalam artian ingin kebebasan dan banyak arti merdeka lainnya.

Apakah belum pernah ada pertemuan untuk membahas persoalan ini?
Belum, belum pernah ada pertemuan dengan penggagas atau pencetus Gayo Merdeka untuk membicarakan masalah ini

Untuk Partai Aceh sendiri memaknai kata merdeka itu seperti apa?
Teman-teman GAM tempo dulu mengartikan arti merdeka, merdekanya Aceh ini untuk melepaskan diri dari Republik Indonesia, namum dalam proses penyelesaian ini terjadi negosiasi sehingga Aceh tidak menuntut merdeka namun di beri kebijakan-kebijakan penuh dalam mengurus pemerintahan daerahnya.

Apakah Partai Aceh berpendapat, bahwasanya merdeka yang di tuntut oleh teman-teman Gayo Merdeka ini tidak mengkhawatirkan?
Tidak,  kalau Partai Aceh melihat hal seperti ini wajar dan lumrah, bahkan saya sendiri di status facebook pernah menawarkan Beutong Ateuh Merdeka lah, jadi kalau ingin merdeka itu hak dasar semua warga negara.

Apakah betul yang dikatakan Waladan tadi, ketika mereka meneriakan Gayo Merdeka, mereka mendapat intimidasi, pembatasan-pembatasan, ancaman dan ada desain yang menghambat ekspresi mereka?
Kalau itu saya kurang tau, kalau saya itu biasalah dalam berekspresi.

Apakah akan ada langkah pembahasan tentang hal ini?
Nantinya kita bisa mendiskusikan hal ini bersama tidak hanya pada Gayo saja, tapi tentang Aceh secara keseluruhan sehingga bisa bersinergi.

Sebagai mana kita tau gerakan ini muncul bersamaan dengan pengesahaan Wali Nanggroe, bagaimana menurut anda ?
Saya rasa ini sikap yang cerdas yang di ambil momen oleh teman-teman Gayo Merdeka, bahkan saya respon dengan cara seperti itu, kata merdeka itu sudah lama terbungkam dan sekarang muncul lagi.

Apakah ini menjadi masalah munculnya kata merdeka dari Gayo bersamaan dengan qanun Wali Nanggroe ?
Tidak juga, kalau saya ini biasa-biasa saja,ini merupakan sebuah koreksi dari Qanun Wali Nanggroe.


Aktifis Gayo Merdeka-Waladan Yoga:
Luar biasa ketika kita mendengar Abdullah Saleh mengatakan istilahnya begini kalau 'loe mau berbuat apa terserah-- ini tidak akan ngaruh', bagaimana menurut anda?
Begini, Pak Abdullah Saleh sampai saat ini belum minta maaf kepada masyarakat Gayo, ketika kami berdemo tidak menggunakan Bahasa Aceh, kami menggunakan Bahasa Indonesia, dan beliau mengatakan kami adalah suku yang tidak jelas, dan kami tidak tahu apakah beliau merasa berdosa atau tidak, itu satu. 

Kemudian soal Qanun Wali Nanggroe yang kami aksikan dengan teman-teman itu adalah qanun jebakan, yang kami tuntut  adalah itu tidak sesuai dan tidak komprehensif, di rubah jadi tidak sungguh-sungguh. Cuma di rubah tapi itu jebakan, bahwa kemudian itu ada perubahan betul, kita akui itu ada perubahan namun di persyaratan tidak di rubah sama saja bohong ini kan sama saja seperti bermanis muka di depan teman-teman media oleh teman-teman Partai Aceh.  

Namun di dalam aplikasinya nanti akan terbukti apa yang di curigai teman-teman Gayo Merdeka, ini sama seperti kepala di lepas namun ekor tetap di pegang, Partai Aceh tidak ikhlas akan ada strategi politik di Aceh di bagi.

Apa yang di lakukan untuk membangung hubungan, entah mungkin itu berbicara dengan mereka?
Kita sudah pernah coba, namun mereka sangat tertutup dan sangat alergi dengan Gayo

Walaupun ada 2 orang anggota DPR mereka (yang berasal dari Gayo)?
Ya jelas, yang dua orang itu dari 33 orang itu kan ngak ada apa-apanya, 33 orang dari Partai Aceh dan 36 kursi dua orang itu kan di anggap angin lalu aja lah.

Atau karena mereka tidak berkualitas?
Tidak, kita tidak mengatakan seperti itu, mereka terpilih--tentunya mereka punya kualitas di masyarakat, tapi saya ingin mengatakan seperti ini, Partai Aceh ini di kendalikan dari luar, bukan dari parlemen, jadi parlemen itu hanya sebagai syarat formal yang kemudian di atur oleh orang luar. Orang luar yang coba menentukan secara formalnya seperti apa dan outputnya itu. Teman-teman yang luar ini yang menikmati. Kita melihat itu semua dan kemudian Pak Abdulah Saleh mengatakan ini hal biasa, itu bohong.

Bohongnya seperti ini, kenapa ketika kita buat gerakan Gayo Merdeka ini mereka alergi, belum Gubernurnya, Mualim nya, belum lagi Malik Mahmud nya. Apakah setelah ucapan dan tantangan yang saya ucapkan ini mereka akan rame-rame ke sana, kita juga tidak akan tahu, karena setahun kedepan ini akan makin memanas, apa lagi kita akan masuk ke periode pemilihan umum anggota legislatif. 

Bagi kami ini menjadi sebuah taktik yang bisa membuat kami berbuat lebih agresif. Silahkan Pak Abdullah Saleh berkata ini tidak ada apa-apa.

Apa yang terjadi sekarang di wilayah Gayo?
Semakin mengkristal benci terhadap Aceh, serius ini serius!

Jadi artinya suasana di Gayo sekarang (akibat berlakunya Qanun Wali Nanggroe) semakin merekat?
Semakin kuat, seperti yang saya sampaikankan di Hermes beberapa waktu lalu, identitas Gayo itu semakin di pijak, semakin di pinggirkan. Saya istilahkan kami ini seperti Palestinanya yang kemudian tidak di beri apa pun. Yang seharusnya bangga memiliki kopi sebagai kebanggaan, tapi tidak ada kebijakan apa pun yang kemudian ini menjadi benteng bagi rakyat Gayo agar bisa lebih sejahtera, tidak ada.

Ketika teman-teman menyatakan Gayo Merdeka, ada tidak teksnya atau itu tiba-tiba muncul begitu saja ?
Tidak, itu terkonsep dengan baik ketika kita teriakan Gayo Merdeka semua sambut, semacam darah mengalir sampai ke ubun-ubun ketika kita berdiri di depan DPRA bahwa Gayo itu kita harus bela.

Gayo itu kita harus bela mati-matian ketika kita melihat ini seperti kebencian yang mengkristal, saya juga heran ketika kita coba bangkitkan semangat ke Gayo-an, ini muncul sendiri. Jadi ada dua dimensi ketika pengambil kebijakan tidak berpihak kepada Gayo, Gayo juga punya dimensi lain yang tidak senang akan keberadaan Pemerintah Aceh yang hari ini dan kedepanya.