Laman

21 Februari 2012

Toleransi


Ada satu pajangan menarik di Pavilion-Bukit Bintang, Kuala Lumpur minggu lalu yang sempat saya saksikan. Satu rangkaian kampanye toleransi antar budaya dan peradaban. Berupa beruang ukuran besar (bahkan lebih tinggi dari ukuran badan saya) dihampar di plaza Pavilion Mall. Saya melihat berbagai nama negara dan berupa warna bangsa.

Ada 143 patung beruang yang dilukis dengan berbagai simbol, warna, dan pesan. Sebuah bagian dari kampanye berkelanjutan yang kemas dengan nama "United Buddy Bears World Tour Exhibition". Selain menyampaikan pesan perbedaan juga bertujuan untuk menggumpulkan dana bagi anak miskin di dunia. Kampanye ini dimulai di Berlin tahun 2002 lalu. Kabarnya setelah itu hampir 15 negara telah dikunjungi.
"Kita harus saling mengenal satu sama lain lebih baik, itu membuat kita saling memahami lebih baik, percaya satu sama lain, dan hidup bersama lebih damai"
Sebuah moto yang dikembangkan untuk perdamaian dan keharmonisan global. Setiap lukisan dan pesan yang ditampilkan pada patung beruang didesain oleh perupa yang berbeda dari setiap negara yang diwakilinya. Indonesia diwakili oleh sebuah patung beruang bertema Semar yang dirancang oleh Trinawangwulan Sudarga. Saya akan membagi intepretasinya (sesuai interpretasi yang dimuat di laman buddy-baer.com). Jangan tanya saya kenapa Semar yang dipilih dan bukan jagoan anda karena itu juga bagian dari toleransi.

Semar

Semar is the court jester of the Javanese and Balinese performance of Wayang, probably the most popular form of theater in Java and Bali, where stories of Gods are performed as puppet, shadow, or dance shows.

Semar impersonates the good. His followers are friendly people and he has won the respect and the favour of his audience. He is the mediator in dialogues, the jester, but he also criticises and gives advice. He entertains, educated, advises and protects the king. For the audience, Semar is a role model. As a human incarnation of a God, hes is also a cryptic figure: God and human servant at the same time, neither man nor woman, looking like a clown his fat belly, his knobbly nose and his drooping lower lip, deep inside pure, with a good heart and clever.

Saya salut untuk semangat terus mendorong dunia yang berperadaban. Salut untuk terus melihat perbedaan sebagai sebuah bagian dari keberagaman. Toleransi bukan sekedar sikap permisif, toleransi bukan sekedar membiarkan, namun toleransi adalah menghargai perbedaan sebagai hakikat. Ketika kita mengakui perbedaan maka sehendaknya kita melibatkan keutuhannya sebagai bagian yang kita akui.